History

March 05, 2022

Pada mulanya adalah Gito Nugroho. Gito Nugroho memulai hobby nya dan hobbynya adalah elektronik.

Dia mempelajari prinsip prinsip penguat suara dan pesawat pemancar. Usahanya ini dimulai dengan dia belajar sendiri memakai alat-alat dan onderdil bekas. Pesawat pemancar kecil sederhana yang pertama kali dihasilkannya dengan menggunakan kawat penjemur pakaian memberikan kekuatan pancar sejauh kurang lebih 200 meter. Ini sangat menyukakan hatinya, dan memberi semangat untuk melanjutkan percobaannya ke tahap tahap berikutnya. Itu terjadi pada medio 1968.

  

Pada tahun 1968 akhir dengan pesawat pemancar yang disempurnakan dan dengan antena yang masih sederhana, percobaan siaran dimulai bertempat di jalan Kacapiring nomor 9. Piringan-piringan hitam lama dalam jumlah terbatas merupakan sumber berharga dalam melangsungkan siaran siaran percobaan. Telepon mulai berdering pertandan siaran tertangkap dengan baik. Nama Maestro pertama kali dicetuskan secara iseng oleh rekan Yanto.

Untuk tidak mengganggu ketenangan keluarga Sutisna, kegiatan ini pindah ke jalan Kacapiring no. 12 paviliun. Kawat antena dibentangakn diantara dua tiang bambu dengan jarang kurang lebih 70 meter. Ruang untuk siaran percobaan dibenahi dan diisi perabotan sederhana. Meja, kursi jok dengan meminjam kiri kanan. Selebihnya usaha ini bersumber dari uang saku bersama dan semangat yang besar berkat dukungan dan dorongan para tetangga.

Untuk memulai mengudara diperlukan ijin, dan ijin siaran diperoleh dari kepolisian biro khusus. Syarat memperoleh ijin satu diantaranya adalah penanggung jawab. Maka saudara John diangkat sebagai penanggung jawab pada saat itu. Pada 4 Januari 1969 siaran lagu lagu dimulai dengan nama panggilan Maestro secara teratur. Acara siaran diprogram dengan tetap. Waktu istirahat digunakan untuk perbaikan teknis pemancar atau mutu siaran.

Saudara John pindah ke Jakarta oleh karena tugasnya. Tono Ibrahim kemudian menjadi penanggung jawab baru. Pada waktu inilah diambil inisiatif untuk menertibkan cara-cara siaran, menggariskan sopan santun udara, pelayanan pendengar dan menanggapi reaksi pendengar. Jenis musik diperluas dengan musik instrumental, musik tenang, musik pop tempo dulu, musik klasik, dan seriosa. Ruang pendidikan dicetuskan khusus untuk konsumsi kaum muda. Tanggapan pendengar berambah dan surat mulai mengalir menyambut hangat kehadiran MAESTRO. Musik tenang dan musik klasik menjadi program khas MAESTRO. Pada waktu merupakan satu-satunya radio yang menghidangkan jenis musik ini setiap hari dengan prosentasi waktu yang besar. Jangkauan tingkat usia pendengar meluas kepada golongan dewasa dan lanjut usia.

Studio dibangun, ruang siaran dipisah dari ruang tamu, pesawat telepon diperoleh, peralatan sedikit demi sedikit ditingkatkan. Hampir semuanya barang bekas, terutama piringan hitamnya, antik dan klasik, namun masih cukup memadai. Maestro menjadi kesayangan banyak orang dan mendapat dukungan besar.

Tahun 1971 keluar peraturan pemerintah yang mewajibkan radio siaran berbentuk badan hukum atau badan usaha. Maestro sebagai hobby berhenti di sini, dan berubah mentuk menjadi suatu perseroan terbatas. Ini menjadi suatu tonggak sejarah yang baru. Siaran harus dikelola lebih profesional, segala sesuatunya harus profesional.

 

Leave a comment

Make sure you enter all the required information, indicated by an asterisk (*). HTML code is not allowed.